Search This Blog

Budi Daya Udang, Usaha Turun-Temurun Penopang Ekonomi Karimun Jawa - INDOPOS

Budi Daya Udang, Usaha Turun-Temurun Penopang Ekonomi Karimun Jawa - INDOPOS

INDOPOS.CO.ID – Tak hanya memacu putaran roda ekonomi kawasan, usaha budi daya udang nyatanya juga telah berperan penting dalam menopang kemajuan sektor pendidikan di Karimun Jawa.

Wajah Karimun Jawa terpoles lebih semarak setelah kedatangan para petambak bermental tangguh asal Jepara yang memperkenalkan jenis udang budi daya vaname, pada sekitar 2016. Namun, jauh sebelum kedatangan para pembudi daya udang Jepara, warga asli Karimun Jawa sudah memiliki tradisi untuk menebar benih udang di tambak, sebagai usaha warga secara turun-temurun.

Warga asli karimun Jawa yang berkiprah pada usaha budi daya tambak memaparkan, tak butuh waktu lama setelah penebaran pertama udang vaname, Karimun Jawa langsung menduduki peringkat utama penghasil udang di Jawa Tengah dengan total produksi 1.600 ton dengan nilai Rp131 miliar. Sejak itu, wajah Karimun Jawa jika dilihat dalam perspektif ekonomi kerakyatan, mengalami perubahan yang bisa dibilang radikal.

Ridwan (45), penduduk asli kelahiran Karimun Jawa warga Dukuh Jatikerep, Karimun Jawa, yang keluarganya bergelut di sektor usaha tambak secara turun-temurun menggambarkan, sebelum tambak udang mengalami booming, pasokan listrik PLN hanya berjalan selama 12 jam. “Listrik menyala mulai pukul 18.00 WIB atau waktu Maghrib dan langsung mati saat waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB pagi. Sesudah itu, seluruh warga Karimun Jawa berkegiatan tanpa memakai listrik. Hotel, guest house, restoran, kantor agen wisata, travel, toko-toko, warung-warung, hingga rumah warga, semua tanpa listrik. Kalau petugas PLN kami tanya, mereka beralasan tekor,” ujar Ridwan.

Menurut Ridwan, seiring naiknya hasil panen tambak udang, ekonomi di Karimun Jawa menjadi lebih hidup. Warga lokal yang semula bekerja serabutan tanpa pendapatan tetap, mulai terserap di sektor ini. Tercatat sedikitnya 1.500 warga Karimun Jawa telah berhasil diserap di sektor tambak udang baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Pasokan listrik yang sebelumnya hanya 6 jam dari Maghrib sampai jam 6 pagi, sejak itu mulai menyala penuh, 24 jam. Sektor usaha yang lain pun turut menikmati pasokan listrik secara penuh ini, khususnya biro perjalanan wisata yang memerlukan jaringan internet, restoran, usaha jasa warnet, dan lain-lain,” tambah Ridwan.

Ridwan memaparkan, sebagian warga asli Karimun Jawa, sejatinya dirinya sudah menggeluti usaha tambak sejak tahun 1990-an. Meski saat itu, dirinya masih memakai metode tradisional. Dikisahkannya, dirinya dan seluruh keluarga mulai membuka tambak udang bago pada 1996. Bibit, pakan, vitamin, dan keperluan tambak lainnya dibeli dari Jepara dengan mengandalkan perjalanan berperahu motor. Untuk itu, Ridwan dan keluarga lainnya harus menempuh perjalanan 14 jam pulang-pergi. Kelak, di tambak seluas 2 hektare miliknya, yang terbagi 18 petak, ditebar 250.000 benih pada setiap petaknya.

“Kalau dapat bibit bagus, hasil panennya bagus. Tapi kalau bibitnya jelek, ya terkadang impas bahkan bisa rugi juga. Karena kondisi itulah, ditambah dengan harga pakan yang tidak stabil, tambak udang keluarga kami akhirnya tutup,” ujar Ridwan.

Setelah berhenti menebar bibit, keluarga Ridwan pun mengambil keputusan untuk menyewakan lahannya kepada pembudi daya lain. Memasuki 2016, Ridwan mendengar adanya kedatangan beberapa petambak asal Jepara yang dipimpin oleh Sutrisno. Para petambak Jepara itu mengawali budi daya dengan menyewa beberapa petak lahan di sekitar desanya.

“Pak Trisno tidak menyewa lahan keluarga saya. Sehingga, saya tidak berhubungan dengan beliau. Sejak itu, saya dengar usaha budi dayanya berkembang pesat dan tambaknya langsung meluas. Dia juga banyak mengajari warga setempat untuk budi daya udang vaname,” tambah Rdiwan.

Informasi perihal adanya tradisi bertambak udang secara turun-temurun juga dipaparkan oleh Suroto. Ayah Suroto yang bernama Sukardi (almarhum) meneruskan tradisi menebar benih udang yang diwariskan kakeknya. Pria kelahiran asli Karimun Jawa ini memiliiki mertua asal Pati bernama Sumarlan yang juga menekuni usaha tambak di Karimun Jawa sejak era 80-an.

“Saya mulai terjun di tambak udang sejak 1989 dengan hasil panen hingga 8 ton per tahun dengan masa panen dua kali. Sudah sejak lama, kami hidup dari tambak. Makan sehari-hari, untuk beli keperluan rumah tangga, sandang pangan dan biaya pendidikan, semua duitnya berasal dari hasil tambak,”ungkap Suroto.

Suroto menggambarkan, pada 2000, keluarganya berhasil menyisihkan hasil usaha tambak udangnya untuk membeli sebidang tanah dengan luas 2.000 meter per segi. Lahan tersebut dihibahkan kepada lingkungan desa untuk dibangun sarana pendidikan Mts dan MA NU Safinatul Huda, yang berlokasi di Desa Kemujan Karimun Jawa. “ Sekolah tersebut masih berdiri sampai hari ini dan melaksanakan pendidikan bagi anak-anak warga Desa Kemujan dan Desa Parang,” ujar Suroto.

Suroto memaparkan, usaha tambak adalah satu-satunya kegiatan yang dikuasai secara baik oleh keluarganya secara turun-temurun. Setelah turun dari kakek kepada sang ayah dan kini diwariskan lagi kepada dirinya, Suroto juga punya keinginan kelak bisa menyaksikan usaha tambaknya diteruskan oleh anak-anaknya. “Kalau usaha satu-satunya yang saya kuasai ini ditutup pemerintah, lebih baik pemerintah bunuh saya dan seluruh keluarga dan keturunan saya karena itu sama saja akibatnya buat kami,” tandas Suroto.

Kisruh usaha budi daya tambak di Karimun Jawa bermula ketika Pemerintah Kabupaten Jepara, Balai Taman Nasional Karimun Jawa, yang semula memberi ruang bagi usaha budi daya tambak udang mengubah kebijakannya. Ruang gerak para petambak dipersempit dengan sulitnya mendapatkan izin dan akses ke kawasan perairan laut Karimun Jawa.

Pemkab Jepara bahkan bersama DPRD Jepara melahirkan Perda RTRW baru yang tidak memberi ruang bagi usaha budi daya tambak. Dalam perda baru itu, keberadaan usaha tambak sama sekali tidak diakomodir. Tak cukup sampai di situ, pada 2022, LSM Greenpeace dan Kawali secara sepihak menuding keberadaan para petambak udang Karimun Jawa sebagai biang keladi pencemaran dan kerusakan lingkungan laut dan pantai serta tanaman mangrove di Karimun Jawa.

Para petambak kian tersudut ketika petugas BTN Karimun Jawa mengklaim menemukan pencemaran laut oleh kegiatan tambak udang di atas baku mutu. Temuan ini kemudian ditindak  lanjuti dengan aksi penangkapan terhadap empat pengusaha budi daya tambak. Kini, tiga di antara petambak yang ditangkap itu berada dalam status tahanan aparat penegak hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (ibs)

Adblock test (Why?)



2024-04-14 06:19:00Z

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Budi Daya Udang, Usaha Turun-Temurun Penopang Ekonomi Karimun Jawa - INDOPOS"

Post a Comment

Powered by Blogger.